Budidaya Pohon Albasiah yang menguntungkan


Siswa SMK N 1 Gunugnkencana yang sedang melakukan penanaman bibit Albasiah
Permintaan kayu Albasiah atau Sengon yang dalam bahasa latin disebut /Albazia Falcataria/, termasuk famili Mimosaceae, terus meningkat setiap tahun baik untuk pasar lokal maupun pasar regional. Kayu enteng ini
termasuk gampang diaplikasikan untuk berbagai keperluan, baik rumah maupun mebel, juga tak terlalu sulit dibudidayakan. Pohon albasiah juga termasuk yang gampang tumbuh dan tidak memerlukan perawatan yang rumit dan memerlukan perhatian lebih.

Namun demikian bila anda tertarik untuk menanam pohon albasiah, tetap saja diperlukan pengetahuan  standar agar budidaya yang anda lakukan tidak rugi hanya karena melakukan kesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Pengetahun dasar seperti mencari atau memilih bibit yang baik, jarak tanam, pemupukan dan pengetahuan dasar untuk mengatasi ketika pohon albasiah ini terserang hama yang dapat menghambat pertumbuhannya.

Pengetahuan Dasar Pohon Albasiah
Pohon albasiah bisa mencapai tinggi 30 m dengan diameter 70 cm dan termasuk kayu kelas awet IV-V. Kayunya bisa diaplikasikan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, perabotan rumah, pagar dan batang korek api. Bahkan dari pohon ini bisa pula dibuat pulp dan kertas. Sungguh pohon yang secara tradisional dikenal sengon ini, termasuk pohon multiguna. Tidak mengherankan bila permintaan pasar lokal dan regional tak pernah berkurang. Seiring dengan pertumbuhan industri, kebutuhan pohon albasiah ini juga terus meningkat terutama yang diaplikasikan untuk bahan pembuat papan peti kemas dan bahan bubur kertas.



Salah satu ciri khas dari pohon ini bentuk batangnya bulat dan tidak berbanir, kulit luarnya berwarna putih dan tidak gampang mengelupas. Daun sengon menyirip majemuk dengan anak daun kecil-kecil dan mudah rontok.

Untuk membudidayakan pohon albasiah ini tidak terlalu sulit, karena pohon ini gampang tumbuh baik di tanah regosol, latosol, maupun alluvial, baik yang bertekstur lempung berpasir maupun lempung berdebu.
Namun tingkat keasamanannya harus tetap diperhatikan, antara 6-7 pada derajat keasaman. Pengetahuan dasar inilah yang harus dikuasai bila anda ingin membudidayakan pohon albasiah. Itupun kalau anda tidak akan mempekerjakan tenaga ahli untuk menanam pohon albasiah ini.

Pohon albasiah akan tumbuh optimal pada ketinggian 0-800 meter di atas permukaan laut. Namun demikian, pada ketinggian 1500 m dpl juga masih akan tumbuh baik. Sebagai tanaman tropis, untuk dapat tumbuh dengan baik tanaman ini memerlukan suhu sekitar 18-27 derajat Celsius, curah hujan minimum atau 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering atau dengan curah hujan tahunan 2.000-4.000 mm dan tingkat kelembapan antara 50-75%. Untuk wilayah tropis tidak terlalu sulit memilih daerah atau lahan yang cocok untuk  menanam pohon albasiah ini.

Budidaya Albasiah

Membudidayakan pohon albasiah benar-benar menguntungkan. Pohon ini termasuk pohon serbaguna, sehingga tidak hanya menghasilkan kayu untuk berbagai keperluan seperti disebutkan di awal, juga bagian lainnya masih bisa dimanfaatkan. Ini semakin menambah keuntungan yang bisa didapatkan oleh mereka yang secara serius membudidayakan pohon albasiah dalam jumlah cukup banyak. Artinya bukan menanam pohon albasiah secara asal-asal hanya untuk memanfaatkan lahan yang tidak seberapa luas.

Pohon albasiah dinamakan pohon serbaguna karena memang telah terbukti tak ada yang terbuang dari pohon ini. Daun albasiah misalnya, termasuk pakan ternak sangat baik karena mengandung protein yang tinggi. Hewan ternak seperti sapi, kambing dan kerbau, termasuk yang menyukai daun albasiah. Akar pohon albasiah juga dapat menyuburkan tanah karena akar-akarnya mengandung nodul yang bisa menyediakan unsur nitrogen dalam tanah. Dengan demikian, di sekitar pohon albasiah bisa ditanami dengan palawija sehingga akan menambah pendapatan. Dan tentu saja pohon albasiah juga merupakan penguat tanah agar tidak tergerus longsor.

Proses pembibitan pohon albasiah, pada umumnya dimulai dari biji. Benih yang baik berasal dari tanaman induk yang baik dan terbebas dari penyakit. Ciri-ciri benih yang baik di antaranya adalah ukurannya maksimum, kulit bersih, dan ketika direndam dalam air langsung tenggelam. Ini menandakan beratnya cukup.

Untuk luas kebun 1 hektar, dengan ukuran tanah misalnya 100 x 100 meter, diperlukan sekitar 1.670 butir benih. Hal ini dengan perhitungan jarak tanam 3x2 meter, dan satu lubang tanam diisi dengan satu benih. Dengan daya tumbuh 60%, tingkat kematian semasa persemaian hanya 15%, maka untuk tanah sekitar 1 hektar diperlukan dua kali lipatnya atau sekitar 3.700 butir benih. Jika satu kilogram benih berisi 40.000 butir, maka untuk satu hektar tanah hanya diperlukan 100 gram benih.

Tertarik mencoba? Untuk lebih seriusnya anda bisa menghubungi petugas penyuluh pertanian dan perkebunan setempat. Tenaga ahli terapan ini bisa membantu anda mulai dari mempersiapkan lahan, mengolah lahan, mempersiapkan bibit, memilih bibit, menjaga jarak tanam dan bagaimana pemeliharaan standar agar pohon albasiah bisa tumbuh dengan optimal sehingga dalam waktu tertentu, akan tepat bisa dipanen dengan ukuran pohon yang maksimal.

Untuk sekedar mencoba misalnya, anda bisa mentargetkan untuk memenuhi pasar lokal di sekitar kota anda. Sasaran pemasaran pohon albasiah adalah misalnya ke pengrajin kursi, toko bahan bangunan dan tentu saja
bisa langsung anda jual kepada proyek-proyek yang memerlukan kayu albasiah. Di beberapa daerah kayu albasiah bisa dipergunakan untuk kusen, daun pintu, tihang dan plafon. Coba saja bayangkan berapa banyak
memerlukan kayu albasiah untuk satu bangunan rumah ukuran 36 meter persegi misalnya.

Bila anda tertarik untuk membudidayakan pohon albasiah, bisa sekalian dirancang dengan menyediakan tempat pemotongan. Sehingga ketika pohon albasiah anda dipanen, bisa dipotong sesuai dengan peruntukannya. Selama menunggu masa panen, tempat pemotongan kayu anda bisa menerima order
dari kebun atau petani kayu lainnya dan juga menerima order dari perorangan. Dengan demikian akan bertambah pula keuntungan yang bisa anda peroleh.

Pohon albasiah yang serbaguna pernah digalakkan sewaktu pemerintahan orde baru. Awalnya dipergunakan pada program penghijauan lahan kritis. Namun karena terbukti menguntungkan, penanaman pohon albasiah ini kemudian secara serius dibudidayakan. Namun seiring perkembangan penanaman pohon albasiah ini kemudian terhenti dan tidak mendapat perhatian lagi. Padahal dari sisi budidaya jelas bahwa penanaman pohon albasiah ini memang menguntungkan.

Sepertinya setiap tahun kebutuhan akan pohon albasiah ini tidak akan pernah berkurang. Sepanjang terdapat orang yang membangun rumah, sekolah maupun ada industri mebel, seperti kayu albasiah akan tetap dibutuhkan. Sekalipun untuk mebel berbahan jati misalnya, kayu albasiah masih tetap dipergunakan setidaknya untuk bagian-bagian tertentu yang tidak tampak dari luar. Apalagi untuk kebutuhan bahan papan peti kemas, seiring dengan kegiatan ekspor yang semakin menggeliat, maka kebutuhan papan peti kemas pun akan terus dibutuhkan. Boleh dikata budidaya kayu albasiah memang tidak ada matinya. (sumber; anneahira.com)

Comments