Bukan suatu keanehan bila
sebagian besar ilmuwan berpendapat bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dengan
kode-kode tertentu--struktur bilangan tertentu.1 Alam
sendiri mcngajarkan kepada manusia tentang adanya periode-periode tertentu yang
selalu berulang, terstruktur dan sistematis, misalnya, orbit Bulan, Bumi dan
planet-planet, lintasan meteorit dan bintang-bintang, DNA, kromosom, sifat atom,
lapisan bumi dan atmosfer, dan elemen kimia dengan segala
karakteristiknya.
"Katakanlah:
‘Adakah sama orang-orang yang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?’ Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran". (az-Zumar 39:
9).
Kitab Mulia al-Qur'an mengajarkan pembacanya bahwa "Tuhan
menciptakan sesuatu dengan hitungan teliti' (al-Jinn 72:
28). Bahkan jumlah manusia yang akan datang
menghadap Tuhan Yang Maha Pemurah, selaku seorang hamba pada hari yang telah
dijanjikan (telah) ditetapkan dengan hitungan yang teliti (Maryam
9 : 93-94).
Dalam pandangan al-Qur'an,
tidak ada peristiwa yang terjadi secara kebetulan. Semua terjadi dengan
"hitungan", baik dengan hukum-hukum alam yang telah dikenal manusia maupun yang
belum. Bagi Muslim yang beriman, tidak ada bedanya apakah al-Qur'an diciptakan
dengan "hitungan" atau tidak, mereka tetap percaya bahwa kitab yang mulia ini
berasal dari Tuhan Yang Esa. Pencipta (banyak) alam semesta, yang mendidik dan
memelihara manusia. Namun bagi sebagian ilmuwan, terutama yang Muslim, yang
percaya bahwa adanya kodetifikasi alam semesta, baik kitab suci, manusia maupun
objek di langit, adalah suatu "kepuasan tersendiri" jika dapat menemukan
hubungan-hubungan tersebut. Al-Qur'an adalah salah satu mahakarya yang
diturunkan dari langit, untuk pedoman umat manusia, berlaku hingga alam semesta
runtuh. Ia menggambarkan masa lalu, sekarang dan masa depan dengan cara yang
menakjubkan. Prof. Palmer seorang ahli kelautan di Ainerika Serikat mengatakan
"Ilmuwan sebenarnya hanya menegaskan apa yang telah tertulis didalam
al-Qur'an beberapa tahun yang lalu" .2
Ayat tersebut menggunakan
bentuk kata kerja femina, karena memang yang mencari makan dan membuat sarang
adalah lebah betina. Lebah jantan diberi makan oleh lebah betina, bukan
sebaliknya.3 Jangankan masyarakat di abad ke-7, masyarakat
di abad ke-21 pun tidak tahu bagaimana cara membedakan lebah jantan dan lebah
betina7 Terlebih, memahami bahwa lebah betinalah yang mencari makan, bukan
sebaliknya. Jika Surat an-Nahl merefleksikan lebah betina dengan bentuk kata
kerja femina. Lebah jantan digambarkan oleh al-Qur'an pada nomor suratnya, yaitu
bilangan 16. Bilangan 16 ini adalah banyaknya kromosom lebah jantan, sedangkan
jumlah kromosom lebah betina diketahui berjumlah 32.
Teknik-teknik seperti inilah
yang disebut ilmuwan dengan coding isyarat-isyarat di alam semesta,
atau-meminjam istilah Malik Ben Nabi 4 "tanda-tanda" atau
ayat bagaikan "anak panah yang berkilauan".
"Hanya orang-orang yang berakal
sajalah yang dapat menerima pelajaran". (ar-Ra'd 73:
19)
Buku ini tidak ditulis untuk
membahas ilmu pengetahuan dalam al-Qur'an, tetapi tentang Kitab Mulia al-Qur'an
dan kodetifikasi bilangan prima. Bilangan prima ini dipercaya oleh sebagian
besar ilmuwan sebagai bahasa universal dan berhubungan dengan desain kosmos.
Bagi sebagian kecil ilmuwan Muslim, mereka tidak akan heran bila menemukan dalam
alQur'an, ratusan struktur matematik dalam bilangan prima, khususnya prima
kembar, karena sebelumnya memang telah menduga hal tersebut. Bahkan sebagian
besar mufasir modern percaya bahwa al-Qur'an memuat hal-hal yang mengantisipasi
masa depan, "ramalan-ramalan ilmiah" atau prophecy yang menyangkut generasi
mendatang .
Untuk lebih lengkapnya silahkan download disini:
Download
Comments
Salam Buat SMKN 1 Guna